Senin, 27 Juni 2016

Suku Kimyal

Dansa (Moss) tradisi Suku Kimyal

Suku Besar Kimyal adalah suku bangsa yang mendiami lembah Korupun, Duram, Dagi, Debula, Sesebne, Yemindomon, Kobukdua, Kemligin, Sela/Kwarangdua, Orisin, Megom, Haromon, Senayom, Yaldomon, Baluk, dan Kwelamdua.  Seperti halnya dengan kelompok suku bangsa lainnya dimuka bumi, suku bangsa Kimyal dapat terikat oleh unsur-unsur kebudayaan mereka seperti tatanan pranata sosial atau sistem organisasi sosial (Orsos), nilai-nilai hidup, tatanan dan struktur bahasa, sistem religi, sistem pengetahuan, sistem mata pencarian hidup, ekspresi kesenian, sistem teknologi dan peralatan, pola-pola daur hidup dan tema-tema kehidupan yang lainnya.
Secara harfiah, arti suku Kimyal dapat diberikan oleh Mrs. Elinor Young seorang misionaris muda yang datang didaerah Korupun pada tahun 1970-an. Dia melihat perbandingan posisi dan letak geografis antara komunitas masyarakat yang mendiami di wilayah ini dengan suku bangsa Yali di bagian barat (Daerah Soloikma, Lolat, Ninia, Holuwon dan lainnya), maka Mrs. Elinor menyebut istilah Kimyal yang berakar dari ejaan kata : "Kimban/Khemban" (logat Sela) “Kesengban” (logat Korupun) artinya ”Barat” dan "Yale" artinya "Timur". Dengan demikian, hanya diambil kata “Kim” dari Kimban atau Khemban dan "Yal" dari kata Yale. Kedua suku kata ini dapat digabung menjadi “Kim-Yal” atau Kimyal. Kebanyakan masyarakat lokal menyebut "Kemyal", dari Khemban-Yale (Barat-Timur). Tujuan dari pemberian nama dengan istilah Kimyal adalah bermaksud “orang-orang yang mendiami di tengah-tengah kawasan timur dan barat. Akan tetapi sebagian masyarakat dan intelektual menolak penyebutan Kimyal tersebut karena diberikan nama secara tidak wajar dan dianggap asing sebelum nama ini terpopuler dan dikenal suku-suku tetangganya sendiri maupun oleh orang luar seperti sekarang ini. Suku yang kini disebut Kimyal dahulu adalah orang Mek oleh kalangan antropolog pada awal abad lalu (1900-an) untuk kawasan ini (Neipsan, Nalca, Kosarek, Emdomen, Puldama’ Kono, Dirwemna’ Eipomek, Korupun, Sela, Kwelamdua, Dagi, Debula, Langda, Bomela, Sumtamon dan Duram). Sama halnya seperti orang Yali Selatan (Daerah Ninia, Holuwon, Soba, Lolat dan lain-lain) dan orang Yali Utara (Daerah Anggruk, Pronggoli, Apalapsili, Ubahak, Yahuli-Ambut dan lain-lain).
Hal ini dapat dibuktikan dengan struktur dan arsitek bangunan Honai (Ae/Ee) bahasa (Yobo/Yubu), pola penanaman dan pembuatan kebun (Wa/We), Metode dan prosesi Inisiasi terhadap anak laki-laki yang muda, Nyanyian tradisional (Mos/Ber ), keterampilan bersiul (Kos-kos ana’/Kol-kol ana’), sistem sesajian makanan, pola pengasuhan anak, sistem pertukaran hasil-hasil kebun, pesta babi yang di-iringi dengan nyanyian (mouae Mos) dan masih banyak lagi. Kesatuan identitas dalam corak dan ciri khas budayanya, biasanya menjadi pembawa warna tersendiri di depan mata “si-penikmat” (orang di luar suku) unsur-unsur budaya yang bukan miliknya. Di waktu ia merasa terpikat dan tertarik dengan pola-pola yang lebih mencolok dalam kekhasan yang konkrit, maka pengakuan akan identitas dan kesatuan sosial akhirnya mengalir tersendiri sebab ditimbulkan oleh stimulan corak dan ke khasan budaya tadi.
Penduduk yang pada masa kini di sebut "Suku Kimyal" pada masa dahulu sejak nenek moyangnya menyebutkan diri mereka sendiri dengan istilah "Yelenang" (Bukan YalI). Artinya orang-orang yang mendiami di ufuk timur bila di ukur dari terbitnya matahari. Hal ini dapat di patok pada orang-orang yang mendiami lembah Baliem (Dani), lembah Heluk (Yali-Ninia), lembah Sengsolo (Yali) dan suku bangsa lainnya di bagian barat dari lingkungan perkampungan mereka. Lihat https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Kimyal
 Adat istiadat Orang Kimyal merupakan tata kelakuan yang kekal dan turun temurun dari generasi kegenerasi lain sebagai warisan sehingga kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat yang sampai sekarang masih pertahan. Suku kimyal memiliki pola tradisi yang unik dan berbeda dengan 1068 suku di Papua. Lihat disinihttps://www.papua.go.id/bps/. Suku Kimyal dikenal sebagai pemakan manusia (cannibal) sebelum mengenal Injil. Buka semua orang memakan daging manusia tapi orang tertentu yang makan, yang makan juga bukan anak kecil dan perempuan tapi hanya laki-laki yang terbiasa memakannya itupun jika diperlukan kalau tidak perlu tidak dimakan. Proses mengolah daging tidak seperti daging binatang pada umumnya tapi sebagian yang diperlukan dan sebaliknya. Masyarakat suku Kimyal memiliki tradisi perkawinan, Inisiasi, Perburuh, perkebun dan membuat honai adat, kreatifitas lain yang memiliki nilai ekonomis seperti Noken, anak panah, Koteka dan hanyaman lain termasuk perisai (Seng). Masyarakat Kimyal menganggap tanah adalah ibu sehingga nilainya sangat mahal karena itu biasanya transaksi hanya hal-hal tertentu yang membuat bisa menyerah sebagian atau sebaru sebidang tanah dengan jangka waktu tertentu. suku kimyal sangat unik dari segi bahasa karena masing-masing kampung memiliki dialeg yang berbeda walaupun satu suku dan satu wilayah.
Tahun 1970-an Injil masuk di daerah Kimyal tepatnya 09 Juli 1963 di Distrik Korupun disinilah awalmula transformasi yang memberi dampak positif dalam sepanjang sejarah orang kimyal dimana mereka tinggal dalam tahanan iblis itu dapat dilepaskan melalui kuasa Injil di daerah ini.
Dulu, sebelum Injil masuk di daerah Kimyal selalu perang suku, dengan cara menyerang tibah-tibah dari satu dua kampung atau dari satu daerah ke daerah lain dengan motif yang berbeda.

Pemerintahan  Kampung 
Daerah Kimyal Pemerintahan mulai berjalan sekitar tahun 1989 dibawa pemerintah Kabupaten Jayawijaya hanya 1 Desa/kampung yaitu Korupun kemudian tahun 1997 dimekarkan dua (4) kampung 1).Kampung Sela, (2) Megom (3) Dagi dan (4) Debula. Setelah pemerintah Kabupaten Yahukimo Tahun 2002 secara resmi dimerkarkan oleh pemerintah RI dengan UU Nomor 26 Tahun 2002 maka dilakukan pemerintahan Distrik dan Kampung secara besar-besaran untuk daerah Kimyal memiliki 24 Kampung dari 4 Distrik dan Kampung terbanyak berada di Distrik Sela yaitu sebanyak 16 Kampung sedangkan Distrik yang memiliki kampung terkecil di Distrik Duram sebanyak 6 Kampung. 

Pemerintahan Distrik
  Pemerintah Distrik dimekarkan oleh Drs.Robert Wanimbo Bupati PLT. Tahun 2003-2004 pertama kali dengan pos perwakilan pemerintahan. Sesuai luas wilayah, administrasi, penduduk dan karakteristik khusus penilaian sesuai UU yang perlaku pada waktu itu.  
Daerah Suku kimyal memiliki Wilayah yang luas dengan jumlah penduduk sekitar 24,456 jiwa.
Daerah ini memiliki 4 Distrik yaitu:
1. Sela
2.Korupun
3.Duram
4.Kwelamdua

Masyarakat Suku Kimyal memiliki kesatuan dan humanis serta penuh kekeluargaan dengan hubungan darah, turun temurun sampai sekarang, kebersamaan itu tercipta karena ada tali ikatan bersaudaraan diantara marga/ keret dalam tatanan kehidupan masyarakat suku Kimyal.
Kasih sayang itu melihat dari cara orang kimyal menyapa, menerima dan menjamu makan bersama tamu atau keluarga mereka. contoh:Kebiasaan bakar Batu, dan membagikan makanan seperti potong daging babi mereka bagi utuh tanpa potong atau memisahkan daging dari tulang atau kemuk dengan daging dan budaya terima tamu tidak perlu mereka salam hanya lihat saja itu sudah cukup.
Ada banyak hal unik yang orang kimyal miliki seperti suku bangsa lain namun sedikit saja yang boleh tuliskan disini!
                            (Salla)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ANALISIS KEWENANGAN ATRIBUTIF KEPALA DISTRIK DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHANDI DISTRIK SELA KABUPATEN YAHUKIMO PROVINSI PAPUA

ANALYSIS OF DISTRICT HEAD’ ATTRIBUTIVE AUTHORITY IN THE GOVERNMENT IMPLEMENTATION IN DISTRICT OF SELA, REGENCY OF YAKUKIMO PAPUA PROVI...